Patungan Sabu Berujung Petaka: Pria di Jatinegara Tewas Dibacok Teman Sendiri karena Jatah Tak Sesuai – Kota besar menyimpan banyak kisah, beberapa kisah yang mengingatkan kita akan sisi gelap kehidupan perkotaan yang seringkali tersembunyi. Di balik gemerlap lampu dan hingar–bingar aktivitas malam, ada realitas yang menghancurkan: penyalahgunaan narkoba, konflik pribadi, dan kekerasan yang muncul dari hal sepele. Baru-baru ini, di kawasan Bidaracina, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, sebuah tragedi terjadi akibat perselisihan kecil yang dipicu oleh ketidakpuasan atas pembagian narkoba jenis sabu. Sebuah “urunan” yang awalnya tampak sederhana justru memicu konflik fatal. Kasus ini mengingatkan kita bahwa persoalan narkoba bukan hanya soal pengedar dan korban, tapi juga lupa bahwa pengguna pun rentan terhadap keruntuhan moral, emosional, dan sosial.
Kronologi Kejadian
Peristiwa terjadi pada Sabtu slot server thailand malam, 25 Oktober 2025, sekitar pukul 18.30 WIB di dalam sebuah perumahan di kawasan Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur.
Korban berinisial HJ (53) ditemukan dengan luka gorok di bagian lehernya setelah pertengkaran dengan rekannya sendiri, AAS (36). AAS merupakan pria yang tinggal di luar wilayah Jakarta Timur, namun pernah melakukan pergaulan bersama korban dalam konteks pengguna narkoba.
Menurut keterangan aparat kepolisian, kasus ini berawal dari urunan pembelian sabu bersama antara korban dan pelaku. Namun, saat pembagian, pelaku merasa jatahnya lebih kecil atau kurang adil dibandingkan korban — dan dari sana tumbuh rasa kesal yang kemudian memuncak menjadi aksi kekerasan.
Saat cekcok, pelaku mengambil senjata tajam jenis kerambit dan mengayunkannya satu kali ke arah leher korban, yang kemudian mengakibatkan korban kehabisan darah dan meninggal dunia di lokasi atau dalam perjalanan ke rumah sakit.
Tak hanya itu, ketika dua saksi mencoba memberikan pertolongan atau menelepon bantuan, pelaku malah menyerang keduanya. Kemudian, pelaku ditangkap keesokan harinya, Minggu dini hari (26 Oktober 2025) pukul 03.30 WIB di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.
Motif dan Temuan Penyelidikan
Dari hasil pemeriksaan penyidik slot new member 100 Polres Metro Jakarta Timur dan Polsek Jatinegara, pelaku dan korban sama-sama pengguna narkotika jenis sabu dan bukan termasuk pengedar besar. Artinya, kejadian ini bukan bagian dari jaringan besar peredaran narkoba, tetapi konflik antar pengguna yang memicu kerusakan fatal.
Pelaku mengaku merasa dirugikan karena ia berkontribusi bersama korban dalam pembelian sabu, namun porsi yang diterimanya dianggap kurang atau korban dinilai mengkonsumsi lebih banyak terlebih dahulu. Ketidakpuasan ini memunculkan emosi hingga jadi motif penganiayaan yang menyebabkan kematian.
Pihak kepolisian telah menetapkan pelaku sebagai tersangka dan menjeratnya dengan Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian — ancaman hukuman dapat mencapai tujuh tahun penjara.
Dampak Sosial dan Refleksi
Kejadian ini sangat menyakitkan sekaligus penuh pelajaran. Beberapa poin penting yang perlu kita renungkan:
- Ketergantungan pengaruh buruk
Bahwa pengguna narkotika tak hanya menjadi korban dalam artian efek langsung, tapi juga menjadi potensi pelaku kekerasan ketika kondisi emosional, finansial, dan moral melemah. Kasus ini menegaskan bahwa konflik internal antar pengguna bisa sama ganasnya dengan penggerebekan bandar. - Kerentanan di ruang lingkup “teman nongkrong”
Pembelian “patungan” sabu antara teman menggambarkan bahwa kejahatan narkoba bukan selalu antara bandar dan pengguna, tapi juga dimensi pengguna terhadap pengguna sendiri. Hal ini memperluas perspektif kita — bahwa bahaya bisa muncul dari relasi yang tampak akrab dan seharusnya saling percaya. - Perlukaan moral & sosial yang tersembunyi
Konflik ini bukan semata soal barang haram ia soal kepercayaan, rasa keadilan, dan pengakuan. Ketika seseorang merasa di khianati atau di rugikan dalam kelompok kecilnya sendiri, maka tindakan yang ekstrem bisa terjadi. Situasi sepele menjadi pemicu tragedi. - Peran penegak hukum dan masyarakat
Aparat kepolisian telah mengambil langkah cepat dalam penanganan kasus ini. Namun ini juga menjadi catatan bahwa pencegahan tidak hanya soal razia atau penangkapan, melainkan pemahaman, edukasi, dan penguatan komunitas.
Tantangan dan Saran Ke Depan
Agar tragedi serupa tidak terulang, beberapa langkah perlu di perkuat:
- Edukasi intensif: Tidak hanya bagi remaja atau generasi muda, tetapi juga kelompok pengguna dewasa, tentang risiko penggunaan narkoba, dampak sosial, konflik interpersonal yang bisa muncul.
- Pendekatan rehabilitasi: Pengguna narkoba perlu akses ke layanan rehabilitasi, bukan hanya pidana. Karena pengguna renta terhadap konflik emosional internal yang bisa berujung kekerasan.
- Penguatan komunitas & kolega: Lingkungan sosial di mana penggunaan terjadi harus di bangun dengan nilai kepercayaan dan saling pengawasan. Tidak membiarkan situasi “patungan sabu” sebagai hal yang di anggap ringan atau biasa saja.
- Pemeriksaan pola distribusi narkoba lokal: Meskipun kasus ini bukan dari jaringan besar, namun pola “patungan lalu konflik” bisa jadi petunjuk.
- Respons cepat aparat: Penanganan cepat seperti yang di lakukan dalam kasus ini penting, namun harus di barengi dengan publikasi hasil untuk memberi efek jera.
Kesimpulan
Kisah tragis di Jatinegara tersebut adalah pengingat keras bahwa narkoba tidak hanya merusak tubuh dan pikiran, tetapi juga merusak manusia. Sebuah “jatah sabu yang di anggap kurang” menjadi pemicu kematian, sebuah pemicu yang tampak sepele namun menghancurkan. Lingkungan pengguna yang mungkin di anggap “kawan” nyatanya bisa menjadi arena konflik besar.