9 Peristiwa Bom Teror di Indonesia yang Memakan Korban Jiwa – Sejumlah aksi teror Indonesia pernah terjadi di Indonesia. Tidak saja menyasar lokasi khusus, tetapi juga tempt-tempat umum. Selain menelan banyak korban jiwa, aksi-aksi teror ini tak pelak menimbulkan kepanikan yang meluas di masyarakat. Aksi Teror di Tempat Umum Aksi terorisme di Indonesia meliputi pemboman, penembakan, dan bentuk kekerasan lainnya yang menargetkan warga sipil tak berdosa. Dalam artikel ini, disajikan enam kasus terorisme di Indonesia yang paling menyita perhatian dunia dan dilakukan di tempat umum.

Ledakan itu membuat kepanikan di antara puluhan jemaah Misa dan menyebabkan para jemaah berlumuran darah dan tergeletak di tanah. Dikutip dari sumber, ada tiga orang tewas dan sembilan luka-luka dalam ledakan yang diduga aksi terorisme. Kelompok ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas aksi ledakan bom dalam proses Misa itu.

Aksi teror yang dilakukan sangat beragam, mulai dari ledakan bom, bom bunuh diri, penembakan massal, dan masih banyak lainnya. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami serangan terorisme terbanyak di dunia. Berdasarkan data dari Global Terrorism Database dan Institute for Economics & Peace (IEP), ada 654 insiden terorisme di Indonesia sejak 2000-2021. Selama periode itu, kasus terorisme terbanyak terjadi pada tahun 2001 dengan 106 kali serangan. Insiden terorisme paling sedikit pada tahun 2007, yakni 2 kali.

Bom Gereja Surabaya

Pada 13 Mei 2018, terjadi sebuah serangan bom bunuh diri oleh satu keluarga yang diduga berkaitan dengan ISIS. Peristiwa serangan ini terjadi di 3 gereja di Surabaya yang menewaskan togel sydney lebih dari 10 orang dan melukai puluhan lainnya. Menurut kesaksian saksi, pelaku bom bunuh diri di gereja GKI merupakan ibu dan dua anak yang dihalau oleh seorang satpam di pintu masuk sebelum meledakkan diri di halaman gereja. Tak lama setelah ledakan bom itu, bom kedua meledak di gereja Pantekosta di Jalan Arjuno dan gereja GKI di jalan Diponegoro.

Teror Kelompok Separatis Teroris Papua

Aksi terorisme juga pernah terjadi di Papua pada 13 September 2021. Serangan ini dilancarkan oleh kelompok separatis teroris (KST) yang melakukan aksi baku tembak antara prajurit TNI dan KST di distrik Kiwirok. Mereka juga melakukan hal anarkis lain, seperti membakar fasilitas umum di kantor kas Bank Papua, pasar, gedung Sekolah Dasar, sampai Puskesmas. Ironisnya, seorang tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok meninggal dunia dalam kejadian ini, tiga tenaga medis dan satu prajurit luka-luka. Puncak kejahatan yang menyedot perhatian publik, ketika KST berhasil menembak dan menewaskan Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI Gusti Putu Danny Nugraha di distrik Beoga, Puncak, Papua, pada 25 April 2021.

Bom Markas Polrestabes Medan

Pada 13 November 2019, terjadi serangan bom bunuh diri yang diduga merupakan anggota dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang berafiliasi dengan ISIS. Peristiwa terjadi di pagi hari, sekitar pukul 08.00 WIB, saat apel. Sang pelaku, Rabbial Muslim Nasution slot bet 100 datang berkunjung ke Polrestabes Medan untuk membuat SKCK. Setelah apel selesai, beberapa menit kemudian bom meledak di sekitar halaman kantor operasional Markas Polrestabes Medan dan menewaskan pelaku, 5 anggota kepolisian, dan 1 warga sipil.

Bom Bali I

Kasus terorisme terbesar sepanjang sejarah Indonesia dan menjadi pusat perhatian internasional adalah peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2022. Serangan radikalisme itu mengincar dua klub malam di Bali, yaitu Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Tak ada satu pengunjung yang menyadari bahwa akan terjadinya serangan teror itu. Akhirnya, lebih dari 200 orang meninggal dunia dan 200 orang lainnya luka-luka. Kelompok yang bertanggung jawab atas ledakan itu adalah kelompok teroris Jemaah Islamiyah. Setelah serangan ini, pemerintah Indonesia mulai membentuk unit khusus pada kepolisian, yaitu Detasemen Khusus 88 Antiteror untuk memerangi aksi terorisme di Indonesia.

Bom Sarinah

Kasus terorisme di Indonesia selanjutnya terjadi di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta pada 15 Januari 2016. Peristiwa yang melibatkan ISIS ini menewaskan 8 orang dan melukai 23 lainnya. Serangan ini menjadi bukti bahwa sistem keamanan Indonesia memiliki celah untuk para kelompok terorisme melakukan aksi brutalnya. Akhirnya, pemerintah Indonesia mulai bekerja sama dengan negara-negara lain dalam memerangi terorisme.

Bom Katedral Makassar

Minggu, 28 Maret 2021, terjadi sebuah kasus terorisme yang menargetkan sebuah gereja Katolik di Sulawesi Selatan. Menurut pengakuan Pastor Wilhelmus Tulak dari Gereja Katedral Makassar, ledakan terjadi setelah ibadah misa kedua digelar. Saat itu terjadi sirkulasi jemaah yang datang dan pergi untuk mengikuti jadwal misa berikutnya. Sebelum meledakkan diri, sekuriti sempat mencurigai dua orang pelaku pengeboman dan menahan mereka di depan pintu masuk. Akhirnya ledakan terjadi di depan pintu masuk gereja dan menewaskan dua pelaku dan melukai 20 lainnya.

Teror Kelompok Separatis Teroris Papua

Aksi terorisme juga pernah terjadi di Papua pada 13 September 2021. Serangan ini dilancarkan oleh kelompok separatis teroris (KST) yang melakukan aksi baku tembak antara prajurit TNI dan KST di distrik Kiwirok. Mereka juga melakukan hal anarkis lain, seperti result macau membakar fasilitas umum di kantor kas Bank Papua, pasar, gedung Sekolah Dasar, sampai Puskesmas. Ironisnya, seorang tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok meninggal dunia dalam kejadian ini, tiga tenaga medis dan satu prajurit luka-luka. Puncak kejahatan yang menyedot perhatian publik, ketika KST berhasil menembak dan menewaskan Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI Gusti Putu Danny Nugraha di distrik Beoga, Puncak, Papua, pada 25 April 2021.

Bom Bali II

Dua tahun setelah insiden bom Marriott, Indonesia kembali kebobolan mendapat serangan terorisme yang terjadi di Bali. Serangan ini terjadi pada 1 Oktober 2005 dengan tiga ledakan bom yang terjadi di R.AJA’s Bar and Restaurant, Kuta, dan Menega Cafe dan Nyoman Cafe, Jimbaran. Aksi terorisme ini menyebabkan 23 orang tewas termasuk pelaku dan ratusan pengunjung lainnya luka-luka. Pelaku serangan bom bunuh diri ini merupakan jaringan JI yang didalangi Noordin M. Top. Para pelaku yang terlibat divonis delapan sampai 18 tahun penjara, sedangkan Noordin M. Top tewas dalam operasi Densus 88 pada 17 September 2009 di Solo.

Bom Marriott dan Ritz Carlton

Peristiwa serangan terorisme selanjutnya terjadi 5 Agustus 2003 di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan sedikitnya 14 orang dan 156 orang lainnya terluka. Serangan ini menjadi insiden kelima yang terjadi di tahun 2003. Sebelumnya, empat ledakan bom terjadi di lobi Wisma Bhayangkara, belakang gedung PBB, bandara Soekarno-Hatta, dan halaman gedung MPR/DPR/DPD. Sosok yang bertanggung jawab atas insiden ini adalah kelompok Jamaah Islamiyah yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda.