Inilah 5 Penyebab Terjadinya HIV pada Remaja

Inilah 5 Penyebab Terjadinya HIV pada Remaja – Peningkatan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia terus mengalami mahjong pengingkatan setiap bulannya. Infeksi virus ini mampu menurunkan kemampuan imunitas manusia dalam melawan benda–benda asing di dalam tubuh yang pada tahap terminal infeksinya dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Pada usia remaja lebih rentan terhadap infeksi HIV karena berbagai faktor sosial yaitu keterbatasan akses dan pengetahuan seputar edukasi seksual terutama organ reproduksi, minimnya penjalasan dari orang tua tentang seksualitas, dan adanya trauma yang di dapatkan pada masa lalu, serta rasa ingin tahu yang tinggi. Akibatnya, anak-anak usia remaja ini akan membuat keputusan yang cenderung tidak aman, dan memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan tubuh mereka.

Penularan HIV pada Remaja

Pada kelompok usia 15-25 tahun yang dikategorikan sebagai remaja menjadi kelompok paling banyak terinfeksi HIV. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 2022, baru 76 persen orang dengan HIV mengetahui statusnya, 41 persen orang dengan HIV mendapatkan pengobatan, serta baru 16 persen orang dengan HIV yang mendapatkan pengobatan, virusnya tersupresi. Sangat disayangkan Penularan HIV  pada remaja bisa disebabkan oleh:

  1. Penggunaan narkoba suntik
  2. Seks bebas terutama dengan sesama jenis.
  3. Melalui transfusi darah
  4. Dari ibu ke bayi
  5. Seks oral

Pentingnya pengetahuan terkait  HIV juga perlu disampaikan secara berkelanjutan. Kerja sama berbagai pihak sangat penting untuk memperluas edukasi dan informasi yang disampaikan. Itu sebabnya, edukasi mengenai HIV/AIDS dilakukan perlu dilakukan di sekolah-sekolah dan diluar sekolah agar remaja dapat mengetahui bahaya dari HIV.

88 Kasus HIV di Kota Cimahi

Mulyono mengatakan, dari 88 temuan kasus baru warga yang berasal dari Kota Cimahi, Kota Bandung dan daerah tetangga lainnya, sebanyak 51 kasus masih dalam tahap HIV sementara 37 di antaranya sudah memasuki fase AIDS. “Sedangkan dari 38 kasus baru warga Cimahi, 23 masih dalam tahap HIV sedangkan 15 orang di antaranya sudah memasuki fase AIDS. Kasus ODHIV meninggal selama tahun 2023 sebanyak 12 orang, dimana 4 orang di antaranya adalah warga Cimahi,” terang Mulyono.

Dirinya mengatakan berdasarkan hasil temuan kasus baru tahun mayoritas warga yang terkena HIV/AIDS didominasi usia produktif daei 21-40 tahun. Kemudian 9 orang berusia dibawah 21 tahun, 8 orang berusia 41-50 tahun dan 6 orang berusia 50 tahun. “Sementara itu dari 38 warga Cimahi, 4 orang di antaranya berusia dibawah 21 tahun, 25 orang berusia antara 21-40 tahun, 7 orang berusia 41-50 tahun dan 2 orang berusia lebih dari 50 tahun,” katanya.

Sementara itu dilihat slot qris 10 rb dari jenis kelamin dari 88 total temuan kasus, 73 di antaranya adalah laki-laki sedangkan 15 perempuan. Sementara dari 38 kasus baru warga Cimahi 30 orang diantaranya laki-laki dan 8 orang perempuan. “Hal ini menegaskan bahwa kasus HIV sebagian besar terjadi pada laki-laki,” ucap Mulyono.

Dia juga menerangkan jika dilihat dari populasinya, dari total 88 temuan kasus baru, sebanyak 41 kasus berasal dari populasi risiko tinggi atau populasi kunci. Yakni 39 Laki Seks Laki (LSL), 1 WPS, 1 Waria, sedangkan 47 kasus berasal dari populasi risiko rendah yakni heteroseksual yang mana 4 diantaranya adalah ibu hamil. “Pada 38 warga Cimahi, 14 kasus berasal dari populasi risiko tinggi antara lain 13 LSL dan 1 waria, sedangkan 25 kasus berasal dari populasi risiko rendah yakni heteroseksual yang mana 3 di antaranya adalah ibu hamil,” ujar Mulyono.

Dengan temuan kasus baru itu, maka total komulatif kasus HIV/AIDS yang terdata Dinas Kesehatan Kota Cimahi dari tahun 2005 sampai dengan Mei 2023 mencapai 1.184 kasus. Dimana sebanyak 650 di antaranya adalah warga atau yang berdomisili di Kota Cimahi. Mulyono melanjutkan, dengan terus ditemukannya kasus baru HIV/AIDS setiap tahunnya pihaknya slot garansi kekalahan mengimbau agar masyarakat menghindari penularannya. Seperti tidak melakukan seks bebas yang jadi sumber penularan terbanyak.

“Sekarang itu dominan dari prilaku seks bebas. Kalau dari penggunaan napza berkurang. Tahun ini semuanya kan dari transmisi seksual” kata Mulyono. Dia mengatakan penderita penyakit menular tersebut harus terdeteksi agar segera dilakukan penanganan. Meskipun pada dasarnya HIV-AIDS tidak bisa disembuhkan. Penderita hanya diberikan obat sesuai resep dokter. Konsumsi obat tersebut dilakukan agar virusnya tidak semakin berkembang.